Selasa, 19 Desember 2017

IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH

imbibisi dan perkecambahan benih
IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH
Pengaruh Kadar Air Media Terhadap Imbibisi Air
Itbah Farizal
201410200311060
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia


Abstrak
Proses masuknya air ke dalam benih dengan cara imbibisi, yaitu masuknya air atau larutan melalui kulit. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan potensial air. Secara keseluruhan proses imbibisi air ke dalam benih dikenal dengan difusi osmosis yaitu masuknya air dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah melewati membran selektif permeabel. Dengan pengamatan selama 7 hari dengan sebanyak 5 ulangan dengan perlakuan A PEG -20 dan B PEG 0.  pada perlakuan A pada rata-rata presentase perkecambahan pada benih kacang tanah (Vaseline) mempunyai nilai perkecambahan 0%. Pada benih kacang tanah mempunyai nilai perkecambahan  0%. Pada benih jagung sendiri presentasi perkecambahan 24%. Sedangkan dengan perlakuan B rata-rata pada nilai perkecambahan kacang tanah (Vaseline) mempunyai presentasi 0% dan tidak ada tekanan osmotic juga terdapat pada perlakuan A. Pada kacang tanah dapat dilihat dari tabel 1 mempunyai nilai presentasi perkecambahan 41%. Sedangkan dengan nilai presentasi tertinggi terdapat pada perkecambahan jagung dengan nilai 52%. PEG mampu meningkatkan viabilitas benih jagung yang ditunjukkan dengan tingginya nilai persentase daya berkecambah, koefisiensi kecepatan tumbuh, panjang hipokotil dan panjang akar jika dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan PEG.
Kata Kunci : PEG, Imbibisi, Benih
1.PENDAHULUAN
Proses masuknya air ke dalam benih dengan cara imbibisi, yaitu masuknya air atau larutan melalui kulit. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan potensial air. Secara keseluruhan proses imbibisi air ke dalam benih dikenal dengan difusi osmosis yaitu masuknya air dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah melewati membran selektif permeabel. Selain melalui kulit biji, air juga dapat masuk ke dalam benih melalui celah mikropil yaitu bagian benih yang berfungsi sebagai keluar masuknya nutrisi yang dibutuhkan lembaga (Salisbury, 1992).
Menutur Kamil (1986), faktor yang mempengaruhi penyerapan air pada benih adalah (1) permeabilitas membran biji (2) konsentrasi air (3) tekanan hidrostatik (4) luas permukaan biji yang kontak dengan air (5) spesies dan varietas (6) tingkat kemasakan (7) komposisi kimia (8) umur.
Salibury (1992) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis yang meliputi:
·         Penyerapan air Setelah biji menyerap air maka akan terjadi hidrasi protoplasma (pengambilan air). Hal tersebut sangat penting dikarenakan sebagian besar fungsi kimia dalam sel berada di protoplasma.
·         Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel.
·         Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titiktitik tumbuh pada embrionik axis, radikula dan plumulae.
·         Respirasi Merupakan proses perombakan cadangan makanan menjadi senyawa lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pembebasan tenaga tersebut dibutuhkan untuk aktifitas sel diantaranya yaitu pembelahan.
·         Asimilasi Merupakan proses penyusunan kembali senyawa sederhana menjadi senyawa yang lebih komplek, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi protein baru.
·         Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada dan pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh.
Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktifkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selama proses invigorasi, terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan (Khan, 1992).
            Adapun tujuan dari praktikum kali ini untuk membedakan komposisi dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yang berpengaruh terhadap tingkat imbibisi dan mendemontrasikan pemahaman tentang potensial air pada perkecambahan benih
2. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan kegiatan praktikum ini dilakukan di Lahan FFP terpadu dan dilaksanakan pada tanggal akhir bulan Oktober sampai akhir November 2017
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan analitik, cawan petri plastik, box perkecambahan dari plastic (10x10x3), dark germinator pada 25 0C dan oven pengering pada temperature 170 0C. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kacang tanah dan jagung, air destilasi, vaselin, polyethylene Glycol (PEG).
Produser Praktikum
Siapkan larutan PEG dengan potensial osmotic 0, dan -20 dengang melarutkan PEG masing-masing sebanyak 0 g, dan 32,5 per 100 ml air destilasi. 3 kelompok benih kacang tanah yang hilumnya di olesi Vaseline, kacang tanah dan jagung. 2 cawan petri untuk masing-masing kategori benih. Masukkan larutan 100 ml PEG per cawan petri dengan perlakuan A 100 ml PEG -20 dan perlakuan B 100 ml 0 terdiri dari 20 benih semua perlakuan. Tutuplah permukaan atas cawan petri agar laju evaporasi ditekan serendah mungkin. Simpan semua cawan petri ke dalam dark germinator pada suhu 25 0C selama 7 hari. pada hari ke 8 ambil semua cawan petri dan buka tutupnya dan hitung beberapa banyak benih yang berkecambah dan catat hasil pengamatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengaruh Kadar Air Media Terhadap Imbibisi air

Ulangan

Kelompok Benih
Tekanan Osmotik ( Bars )
% Perkecambahan
0
-20

U1
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
1
0
Jagung
2
5

U2
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
8
2

U3
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
1
0
Jagung
5
2

U4
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
5
4

U5
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
6
0
Vaseline dan PEG yang digunakan berfungsi sebagai bahan conditioning dan invigorasi benih. Penggunaan vaseline dan PEG mampu menahan air sehingga menjadi tidak tersedia bagi benih (Khalil, Mexal and Murray, 2001). Padahal air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian, 2008). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar benih, baik tanah, udara maupun media tanam lainnya.yang disebut tahap imbibisi. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat sehingga kulit benih mampu membelah dan radikula dapat muncul (Mudiana, 2007)          
Tabel 1 di atas dengan pengamatan selama 7 hari dengan sebanyak 5 ulangan dengan perlakuan A PEG -20 dan B PEG 0.  pada perlakuan A pada rata-rata presentase perkecambahan pada benih kacang tanah (Vaseline) mempunyai nilai perkecambahan 0%. Pada benih kacang tanah mempunyai nilai perkecambahan  0%. Pada benih jagung sendiri presentasi perkecambahan 24%. Sedangkan dengan perlakuan B rata-rata pada nilai perkecambahan kacang tanah (Vaseline) mempunyai presentasi 0% dan tidak ada tekanan osmotic juga terdapat pada perlakuan A. Pada kacang tanah dapat dilihat dari tabel 1 mempunyai nilai presentasi perkecambahan 41%. Sedangkan dengan nilai presentasi tertinggi terdapat pada perkecambahan jagung dengan nilai 52%.
Diketahui bahwa PEG mampu meningkatkan viabilitas benih jagung yang ditunjukkan dengan tingginya nilai persentase daya berkecambah, koefisiensi kecepatan tumbuh, panjang hipokotil dan panjang akar jika dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan PEG. Secara keseluruhan variabel yang diamati mencerminkan viabilitas benih. Sutopo (2004). viabilitas benih adalah suatu keadaan yang menggambarkan sifat benih secara umum. PEG merupakan satu diantara senyawa yang banyak digunakan dalam  invigorasi di karenakan  memiliki kemampuan mengikat air (Sutopo, L. 2002).
Hal tersebut disebabkan benih jagung memiliki cadangan makanan berupa karbohidrat atau pati lebih banyak, dibanding  benih kacang tanah. Cadangan makanan tersebut akan dirombak sehingga menghasilkan ATP sehingga  membantu proses perkecambahan. Proses perkecambahan benih bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya sehingga proses perombakan cadangan makanan yang akan menghasilkan energi ATP dan unsur hara diikuti oleh senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru embrio (Sudjindro, 2009).
4. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum kali ini bahwa pada perlakuan A dan B yang nilai presentasinya tinggi adalah pada benih jagung dengan nilai perkecambahannya adalah 24% dengan perlakuan A. sedangkan dengan perlakuan B benih jagung mempunyai nilai presentasinya sebesar 52%. benih jagung memiliki cadangan makanan berupa karbohidrat atau pati lebih banyak, dibanding  benih kacang tanah. Cadangan makanan tersebut akan dirombak sehingga menghasilkan ATP sehingga  membantu proses perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2008. Effect of heating treatment and heating time on the germination of coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia 11: 25 – 33.
Kamil, Jurnalis. 1986.  Teknologi Benih. Padang: Angkasa Raya
Khalil, S.K., Mexal, J.G. and Murray, L.W. 2001. Germination of Soybean Seed
Primed in Aerated Solution of Polyethylene Glycol 8000. Bio Sci. 1 (3) : 105 -107
Khan, A. 1992. Matriconditioning of Vegetable Seeds to Improve Stand Establishment in Early Field Plantings. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 117 (1): 4147.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.V. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press
Sudjindro dan Sri, A. 2009. Informasi Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) IP-1A Sebelum Penyimpanan. Malang: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Terima kasih sudah membaca makalah imbibisi pada perkecambahan benih dari blog ini

IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH

IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH
Pengaruh Kadar Air Media Terhadap Imbibisi Air
Itbah Farizal
201410200311060
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl Raya Tlogomas No. 246, Malang, Jawa Timur, Indonesia


Abstrak
Proses masuknya air ke dalam benih dengan cara imbibisi, yaitu masuknya air atau larutan melalui kulit. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan potensial air. Secara keseluruhan proses imbibisi air ke dalam benih dikenal dengan difusi osmosis yaitu masuknya air dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah melewati membran selektif permeabel. Dengan pengamatan selama 7 hari dengan sebanyak 5 ulangan dengan perlakuan A PEG -20 dan B PEG 0.  pada perlakuan A pada rata-rata presentase perkecambahan pada benih kacang tanah (Vaseline) mempunyai nilai perkecambahan 0%. Pada benih kacang tanah mempunyai nilai perkecambahan  0%. Pada benih jagung sendiri presentasi perkecambahan 24%. Sedangkan dengan perlakuan B rata-rata pada nilai perkecambahan kacang tanah (Vaseline) mempunyai presentasi 0% dan tidak ada tekanan osmotic juga terdapat pada perlakuan A. Pada kacang tanah dapat dilihat dari tabel 1 mempunyai nilai presentasi perkecambahan 41%. Sedangkan dengan nilai presentasi tertinggi terdapat pada perkecambahan jagung dengan nilai 52%. PEG mampu meningkatkan viabilitas benih jagung yang ditunjukkan dengan tingginya nilai persentase daya berkecambah, koefisiensi kecepatan tumbuh, panjang hipokotil dan panjang akar jika dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan PEG.
Kata Kunci : PEG, Imbibisi, Benih
1.PENDAHULUAN
Proses masuknya air ke dalam benih dengan cara imbibisi, yaitu masuknya air atau larutan melalui kulit. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan potensial air. Secara keseluruhan proses imbibisi air ke dalam benih dikenal dengan difusi osmosis yaitu masuknya air dari konsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah melewati membran selektif permeabel. Selain melalui kulit biji, air juga dapat masuk ke dalam benih melalui celah mikropil yaitu bagian benih yang berfungsi sebagai keluar masuknya nutrisi yang dibutuhkan lembaga (Salisbury, 1992).
Menutur Kamil (1986), faktor yang mempengaruhi penyerapan air pada benih adalah (1) permeabilitas membran biji (2) konsentrasi air (3) tekanan hidrostatik (4) luas permukaan biji yang kontak dengan air (5) spesies dan varietas (6) tingkat kemasakan (7) komposisi kimia (8) umur.
Salibury (1992) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang keluar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis yang meliputi:
·         Penyerapan air Setelah biji menyerap air maka akan terjadi hidrasi protoplasma (pengambilan air). Hal tersebut sangat penting dikarenakan sebagian besar fungsi kimia dalam sel berada di protoplasma.
·         Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel.
·         Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titiktitik tumbuh pada embrionik axis, radikula dan plumulae.
·         Respirasi Merupakan proses perombakan cadangan makanan menjadi senyawa lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pembebasan tenaga tersebut dibutuhkan untuk aktifitas sel diantaranya yaitu pembelahan.
·         Asimilasi Merupakan proses penyusunan kembali senyawa sederhana menjadi senyawa yang lebih komplek, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi protein baru.
·         Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis yaitu pembesaran sel-sel yang sudah ada dan pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh.
Perlakuan benih secara fisiologis untuk memperbaiki perkecambahan benih melalui imbibisi air secara terkontrol telah menjadi dasar dalam invigorasi benih. Saat ini perlakuan invigorasi merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi mutu benih yang rendah yaitu dengan cara memperlakukan benih sebelum tanam untuk mengaktifkan kegiatan metabolisme benih sehingga benih siap memasuki fase perkecambahan. Selama proses invigorasi, terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan (Khan, 1992).
            Adapun tujuan dari praktikum kali ini untuk membedakan komposisi dan permeabilitas benih antar spesies tanaman yang berpengaruh terhadap tingkat imbibisi dan mendemontrasikan pemahaman tentang potensial air pada perkecambahan benih
2. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan kegiatan praktikum ini dilakukan di Lahan FFP terpadu dan dilaksanakan pada tanggal akhir bulan Oktober sampai akhir November 2017
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah timbangan analitik, cawan petri plastik, box perkecambahan dari plastic (10x10x3), dark germinator pada 25 0C dan oven pengering pada temperature 170 0C. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kacang tanah dan jagung, air destilasi, vaselin, polyethylene Glycol (PEG).
Produser Praktikum
Siapkan larutan PEG dengan potensial osmotic 0, dan -20 dengang melarutkan PEG masing-masing sebanyak 0 g, dan 32,5 per 100 ml air destilasi. 3 kelompok benih kacang tanah yang hilumnya di olesi Vaseline, kacang tanah dan jagung. 2 cawan petri untuk masing-masing kategori benih. Masukkan larutan 100 ml PEG per cawan petri dengan perlakuan A 100 ml PEG -20 dan perlakuan B 100 ml 0 terdiri dari 20 benih semua perlakuan. Tutuplah permukaan atas cawan petri agar laju evaporasi ditekan serendah mungkin. Simpan semua cawan petri ke dalam dark germinator pada suhu 25 0C selama 7 hari. pada hari ke 8 ambil semua cawan petri dan buka tutupnya dan hitung beberapa banyak benih yang berkecambah dan catat hasil pengamatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengaruh Kadar Air Media Terhadap Imbibisi air

Ulangan

Kelompok Benih
Tekanan Osmotik ( Bars )
% Perkecambahan
0
-20

U1
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
1
0
Jagung
2
5

U2
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
8
2

U3
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
1
0
Jagung
5
2

U4
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
5
4

U5
Kacang Tanah (V)
0
0
Kacang Tanah
0
0
Jagung
6
0
Vaseline dan PEG yang digunakan berfungsi sebagai bahan conditioning dan invigorasi benih. Penggunaan vaseline dan PEG mampu menahan air sehingga menjadi tidak tersedia bagi benih (Khalil, Mexal and Murray, 2001). Padahal air merupakan syarat esensial untuk perkecambahan. Perkecambahan tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian, 2008). Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar benih, baik tanah, udara maupun media tanam lainnya.yang disebut tahap imbibisi. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat sehingga kulit benih mampu membelah dan radikula dapat muncul (Mudiana, 2007)          
Tabel 1 di atas dengan pengamatan selama 7 hari dengan sebanyak 5 ulangan dengan perlakuan A PEG -20 dan B PEG 0.  pada perlakuan A pada rata-rata presentase perkecambahan pada benih kacang tanah (Vaseline) mempunyai nilai perkecambahan 0%. Pada benih kacang tanah mempunyai nilai perkecambahan  0%. Pada benih jagung sendiri presentasi perkecambahan 24%. Sedangkan dengan perlakuan B rata-rata pada nilai perkecambahan kacang tanah (Vaseline) mempunyai presentasi 0% dan tidak ada tekanan osmotic juga terdapat pada perlakuan A. Pada kacang tanah dapat dilihat dari tabel 1 mempunyai nilai presentasi perkecambahan 41%. Sedangkan dengan nilai presentasi tertinggi terdapat pada perkecambahan jagung dengan nilai 52%.
Diketahui bahwa PEG mampu meningkatkan viabilitas benih jagung yang ditunjukkan dengan tingginya nilai persentase daya berkecambah, koefisiensi kecepatan tumbuh, panjang hipokotil dan panjang akar jika dibandingkan dengan perlakuan yang tidak menggunakan PEG. Secara keseluruhan variabel yang diamati mencerminkan viabilitas benih. Sutopo (2004). viabilitas benih adalah suatu keadaan yang menggambarkan sifat benih secara umum. PEG merupakan satu diantara senyawa yang banyak digunakan dalam  invigorasi di karenakan  memiliki kemampuan mengikat air (Sutopo, L. 2002).
Hal tersebut disebabkan benih jagung memiliki cadangan makanan berupa karbohidrat atau pati lebih banyak, dibanding  benih kacang tanah. Cadangan makanan tersebut akan dirombak sehingga menghasilkan ATP sehingga  membantu proses perkecambahan. Proses perkecambahan benih bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya sehingga proses perombakan cadangan makanan yang akan menghasilkan energi ATP dan unsur hara diikuti oleh senyawa protein untuk pembentukan sel-sel baru embrio (Sudjindro, 2009).
4. KESIMPULAN
Hasil dari praktikum kali ini bahwa pada perlakuan A dan B yang nilai presentasinya tinggi adalah pada benih jagung dengan nilai perkecambahannya adalah 24% dengan perlakuan A. sedangkan dengan perlakuan B benih jagung mempunyai nilai presentasinya sebesar 52%. benih jagung memiliki cadangan makanan berupa karbohidrat atau pati lebih banyak, dibanding  benih kacang tanah. Cadangan makanan tersebut akan dirombak sehingga menghasilkan ATP sehingga  membantu proses perkecambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2008. Effect of heating treatment and heating time on the germination of coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia 11: 25 – 33.
Kamil, Jurnalis. 1986.  Teknologi Benih. Padang: Angkasa Raya
Khalil, S.K., Mexal, J.G. and Murray, L.W. 2001. Germination of Soybean Seed
Primed in Aerated Solution of Polyethylene Glycol 8000. Bio Sci. 1 (3) : 105 -107
Khan, A. 1992. Matriconditioning of Vegetable Seeds to Improve Stand Establishment in Early Field Plantings. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 117 (1): 4147.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.V. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press
Sudjindro dan Sri, A. 2009. Informasi Viabilitas Benih Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) IP-1A Sebelum Penyimpanan. Malang: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta